Sumber foto: detik.com
penyalahgunaan narkoba kembali menyeruak di Solo. Padahal, baru saja kota ini ditinggalkan pemimpinnya yang mengadu nasib di Jakarta sebagai kandidat calon Gubernur DKI Jakarta.
Hal ini seperti disampaikan Wakil Kepala Satuan Anti-Narkoba Polisi Resor Kota Surakarta, Ajun Komisaris Polisi Edison Panjaitan kepada harianjoglosemar.com. Bahwa, para terpidana kasus penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan terlarang memang mayoritas berusia dewasa. Namun, ia menduga barang haram itu juga banyak beredar di kalangan pelajar dan remaja.
Bahkan menurutnya, tahun lalu saja ditangkap seorang anak SMP yang terjerat narkoba. "Ini harus diwaspadai karena sekarang ditawarkan sabu kemasan simpel dengan harga Rp 100.000,-," katanya pada Upacara Peringatan Hari Antinarkoba Internasional, Senin (25/6).
Belum lagi maraknya minuman keras jenis vodka, whisky, anggur merah dan ciu yang beredar di kota ini yang sebagiannya dimusnahkan secara simbolik oleh kepolisian beberapa waktu lalu.
Pernyataan pihak kepolisian ini menunjukkan bahwa memang kasus narkoba, obat-obatan terlarang dan miras masih tinggi di Solo. Menjadi paradoks jika Jokowi memiliki concern untuk memajukan kesehatan masyarakat di Jakarta - dengan mengelola anggaran 800 M yang kata Ahok kurang itu - dalam kampanyenya, sementara Solo saja ditinggalkan dengan jejak tingginya angka narkoba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar